Katakana
ア a イ i ウ u エ e オ o
カ ka キ ki ク ku ケ ke コ koキャ
kya キュ kyu キョ kyo
サ sa シ shi ス su セ se ソ so
シャ sha シュ shu ショ sho
タ ta チ chi ツ tsu テ te ト to
ダ da ヂ ji ヅ zu デ de ド do
チャ cha チュ chu チョ cho
ナ na ニ ni ヌ nu ネ ne ノ no
ニャ nya ニュ nyu ニョ nyo
ハ ha ヒ hi フ fu ヘ he ホ ho
ヒャ hya ヒュ hyu ヒョ hyo
マ ma ミ mi ム mu メ me モ mo
ミャ mya ミュ myu ミョ myo
ヤ ya ユ yu ヨ yo
ラ ra リ ri ル ru レ re ロ ro
リャ rya リュ ryu リョ ryo
ワ wa ヲ wo
ン n
ガ ga ギ gi グ gu ゲ ge ゴ go
ギャ gya ギュ gyu ギョ gyo
ザ za ジ ji ズ zu ゼ ze ゾ zo
ジャ ja ジュ ju ジョ jo
バ ba ビ bi ブ bu ベ be ボ bo
ビャ bya ビュ byu ビョ byo
パ pa ピ pi プ pu ペ pe ポ po
ピャ pya ピュ pyu ピョ pyo
Hiragana
Huruf hiragana adalah
alphabet tradisional jepang, seperti inggris yang mempunyai 26
alphabet roman, Hiragana merupakan daftar suku kata, yang berarti
setiap hurufnya mewakili satu suku kata atau bunyi. Yang identik dengan
huruf roman adalah huruf vokalnya (A, I, U, E, O) dan huruf N.
Keenamnya dapat ditulis dan ucapkan sesuai hurufnya masing-masing.
Sedangkan huruf hiragana lainnya mewakili bunyi dari dua huruf atau
lebih. untuk lebih jelasnya dapat dilihat dibawah ini.
あ (a) い (i) う (u) え (e) お (o)か
(ka) き (ki) く(ku) け (ke) こ (ko)
きゃ (kya) きゅ (kyu) きょ (kyo)
さ (sa) し (shi) す (su) せ (se) そ (so)
しゃ (sha) しゅ (shu) しょ (sho)
た (ta) ち (chi) つ (tsu) て (te) と (to)
ちゃ (cha) ちゅ (chu) ちょ (cho)
な (na) に (ni) ぬ (nu) ね (ne) の (no)
にゃ (nya) にゅ (nyu) にょ (nyo)
は (ha) ひ (hi) ふ (fu) へ (he) ほ ho
ひゃ (hya) ひゅ (hyu) ひょ (hyo)
ま (ma) み (mi) む (mu) め (me) も (mo)
みゃ (mya) みゅ (myu) みょ (myo)
や (ya) ゆ (yu) よ (yo)
ら (ra) り (ri) る (ru) れ (re) ろ (ro)
りゃ (rya) りゅ (ryu) りょ (ryo)
わ (wa) を (wo)
ん (n)
が (ga) ぎ (gi) ぐ (gu) げ (ge) ご (go)
ぎゃ (gya) ぎゅ (gyu) ぎょ (gyo)
ざ (za) じ (ji) ず (zu) ぜ (ze) ぞ (zo)
じゃ (ja) じゅ (ju) じょ (jo)
だ (da) ぢ (ji) づ (zu) で (de) ど (do)
ぢゃ (ja) ぢゅ (ju) ぢょ (jo)
ば (ba) び (bi) ぶ (bu) べ (be) ぼ (bo)
びゃ (bya) びゅ (byu) びょ (byo)
ぱ *(pa) ぴ (pi) ぷ (pu) ぺ (pe) ぽ (po)
ぴゃ (pya) ぴゅ (pyu) ぴょ (pyo)
Kanji (漢字),
secara harfiah berarti “aksara dari Han Republik Rakyat Cina”) adalah
aksara Tionghoa yang digunakan dalam bahasa Jepang. Kanji adalah salah
satu dari empat set aksara yang digunakan dalam tulisan modern Jepang
selain kana (katakana, hiragana) dan romaji.
Kanji dulunya juga disebut mana (真名) atau shinji (真字)
untuk membedakannya dari kana. Aksara kanji dipakai untuk melambangkan
konsep atau ide (kata benda, akar kata kerja, akar kata sifat, dan
kata keterangan). Sementara itu, hiragana (zaman dulu katakana) umumnya
dipakai sebagai okurigana untuk menuliskan infleksi kata kerja
dan kata-kata yang akar katanya ditulis dengan kanji, atau kata-kata
asli bahasa Jepang. Selain itu, hiragana dipakai menulis kata-kata yang
sulit ditulis dan diingat bila ditulis dalam aksara kanji. Kecuali kata
pungut, aksara kanji dipakai untuk menulis hampir semua kosakata yang
berasal dari bahasa Tionghoa maupun bahasa Jepang.
Sejarah
Secara resmi, aksara Tionghoa pertama kali dikenal di Jepang lewat
barang-barang yang diimpor dari Tiongkok melalui Semenanjung Korea
mulai abad ke-5 Masehi. Sejak itu pula, aksara Tionghoa banyak dipakai
untuk menulis di Jepang, termasuk untuk prasasti dari batu dan
barang-barang lain.
Sebelumnya di awal abad ke-3 Masehi, dua orang bernama Achiki dan Wani
datang dari Baekje di masa pemerintahan Kaisar Ōjin. Keduanya konon
menjadi pengajar aksara Tionghoa bagi putra kaisar.Wani membawa buku Analek karya Kong Hu Chu dan buku pelajaran menulis aksara Tionghoa untuk anak-anak dengan judul Seribu Karakter Klasik.Walaupun
demikian, orang Jepang mungkin sudah mengenal aksara Tionghoa sejak
abad ke-1 Masehi. Di Kyushu ditemukan stempel emas asal tahun 57 Masehi
yang diterima sebagai hadiah dari Tiongkok untuk raja negeri Wa
(Jepang).
Dokumen tertua yang ditulis di Jepang menurut perkiraan ditulis
keturunan imigran dari Tiongkok. Istana mempekerjakan keturunan imigran
dari Tiongkok bekerja di istana sebagai juru tulis. Mereka menuliskan
bahasa Jepang kuno yang disebut yamato kotoba dalam aksara Tionghoa. Selain itu, mereka juga menuliskan berbagai peristiwa dan kejadian penting.
Sebelum aksara kanji dikenal orang Jepang, bahasa Jepang berkembang
tanpa bentuk tertulis. Pada awalnya, dokumen bahasa Jepang ditulis
dalam bahasa Tionghoa, dan dilafalkan menurut cara membaca bahasa
Tionghoa. Sistem kanbun (漢文)
merupakan cara penulisan bahasa Jepang menurut bahasa Tionghoa yang
dilengkapi tanda diakritik. Sewaktu dibaca, tanda diakritik membantu
penutur bahasa Jepang mengubah susunan kata-kata, menambah partikel, dan
infleksi sesuai aturan tata bahasa Jepang.
Selanjutnya berkembang sistem penulisan man’yōgana yang memakai aksara Tionghoa untuk melambangkan bunyi bahasa Jepang. Sistem ini dipakai dalam antologi puisi klasik Man’yōshū.
Sewaktu menulis man’yōgana, aksara Tionghoa ditulis dalam bentuk
kursif agar menghemat waktu. Hasilnya adalah hiragana yang merupakan
bentuk sederhana dari man’yōgana. Hiragana menjadi sistem penulisan
yang mudah dikuasai wanita. Kesusastraan zaman Heian diwarnai
karya-karya besar sastrawan wanita yang menulis dalam hiragana.
Sementara itu, katakana diciptakan oleh biksu yang hanya mengambil
sebagian kecil coretan dari sebagian karakter kanji yang dipakai dalam
man’yōgana.
Cara pengucapan
Satu aksara kanji bisa memiliki cara membaca yang berbeda-beda. Selain
itu tidak jarang, satu bunyi bisa dilambangkan oleh aksara kanji yang
berbeda-beda. Aksara kanji memiliki dua cara pengucapan, ucapan
Tionghoa (on’yomi) dan ucapan Jepang (kun’yomi).
Ucapan Tionghoa (on’yomi)
On’yomi (音読み)
atau ucapan Cina adalah cara membaca aksara kanji mengikuti cara
membaca orang Cina sewaktu karakter tersebut diperkenalkan di Jepang.
Pengucapan karakter kanji menurut bunyi bahasa Tionghoa bergantung
kepada zaman ketika karakter tersebut diperkenalkan di Jepang.
Akibatnya, sebagian besar karakter kanji memiliki lebih dari satu on’yomi. Kanji juga dikenal orang Jepang secara bertahap dan tidak langsung dilakukan pembakuan.
On’yomi dibagi menjadi 4 jenis:
- Go-on (呉音, “ucapan Wu”)
adalah cara pengucapan dari daerah Wu di bagian selatan zaman Enam
Dinasti Tiongkok. Walaupun tidak pernah ditemukan bukti-bukti, ucapan Wu
diperkirakan dibawa masuk ke Jepang melalui Semenanjung Korea dari
abad ke-5 hingga abad ke-6. Ucapan Wu diperkirakan berasal dari cara
membaca literatur agama Buddha yang diwariskan secara turun temurun
sebelum diketahui cara membaca Kan-on (ucapan Han). Semuanya cara pengucapan sebelum Kan-on digolongkan sebagai Go-on walaupun mungkin saja berbeda zaman dan asal-usulnya bukan dari daerah Wu.
- Kan-on (漢音, “ucapan Han”)
adalah cara pengucapan seperti dipelajari dari zaman Nara hingga zaman
Heian oleh utusan Jepang ke Dinasti Tang dan biksu yang belajar ke
Tiongkok. Secara khusus, cara pengucapan yang ditiru adalah cara
pengucapan orang Chang’an.
- Tō-on (唐音, “ucapan Tang”)
adalah cara pengucapan karakter seperti dipelajari oleh biksu Zen
antara zaman Kamakura dan zaman Muromachi yang belajar ke Dinasti Song,
dan perdagangan dengan Tiongkok.
- Kan’yō-on (慣用音, “ucapan populer”) adalah cara pengucapan on’yomi yang salah (tidak ada dalam bahasa Tionghoa), tapi telah diterima sebagai kelaziman.
Kanji | Arti | Go-on | Kan-on | Tō-on | Kan’yō-on |
明 | terang | myō (明星 myōjō) | mei (明暗 meian) | (min)* (明国 minkoku) | — |
行 | pergi | gyō (行列 gyōretsu) | kō (行動 kōdō) | (an)* (行灯 andon) | — |
京 | ibu kota | kyō (京都 Kyōto) | kei (京阪 Keihan) | kin (南京 Nankin) | — |
青 | biru, hijau | shō (緑青 rokushō) | sei (青春 seishun) | chin (青島 Chintao) | - |
清 | murni | shō (清浄 shōjō) | sei (清潔 seiketsu) | (shin)* (清国 Shinkoku) | — |
輸 | mengirim | (shu)* | (shu)* | — | yu (運輸 un-yu) |
眠 | tidur | (men)* | (ben)* | — | min (睡眠 suimin) |
Ucapan Jepang (kun’yomi)
Kun’yomi (訓読み) atau ucapan Jepang
adalah cara pengucapan kata asli bahasa Jepang untuk karakter kanji
yang artinya sama atau paling mendekati. Kanji tidak diucapkan menurut
pengucapan orang Cina, melainkan menurut pengucapan orang Jepang. Bila
karakter kanji dipakai untuk menuliskan kata asli bahasa Jepang,
okurigana sering perlu ditulis mengikuti karakter tersebut.
Seperti halnya, on’yomi sebuah karakter kadang-kadang memiliki beberapa kun’yomi
yang bisa dibedakan berdasarkan konteks dan okurigana yang
mengikutinya. Beberapa karakter yang berbeda-beda sering juga memiliki
kun’yomi yang sama, namun artinya berbeda-beda. Selain itu, tidak semua
karakter memiliki kun’yomi.
Kata “kun” dalam kun’yomi berasal kata “kunko” (訓詁 ?)
(pinyin: xungu) yang berarti penafsiran kata demi kata dari bahasa
kuno atau dialek dengan bahasa modern. Aksara Tionghoa adalah aksara
asing bagi orang Jepang, sehingga kunko berarti penerjemahan
aksara Tionghoa ke dalam bahasa Jepang. Arti kanji dalam bahasa
Tionghoa dicarikan padanannya dengan kosakata asli bahasa Jepang.
Sebagai aksara asing, aksara Tionghoa tidak dapat diterjemahkan
semuanya ke dalam bahasa Jepang. Akibatnya, sebuah karakter kanji
mulanya dipakai untuk melambangkan beberapa kun’yomi. Pada masa itu, orang Jepang mulai sering membaca tulisan bahasa Tionghoa (kanbun)
dengan cara membaca bahasa Jepang. Sebagai usaha membakukan cara
membaca kanji, satu karakter ditetapkan hanya memiliki satu cara
pengucapan Jepang (kun’yomi). Pembakuan ini merupakan dasar bagi tulisan campuran Jepang dan Tionghoa (wa-kan konkōbun) yang merupakan cikal bakal bahasa Jepang modern.
Kokkun
Kokkun (国訓)
adalah karakter kanji yang mendapat arti baru yang sama sekali berbeda
dari arti semula karakter tersebut dalam bahasa Tionghoa, misalnya:
- 沖 chū, okitsu, oki (jauh di laut, lepas pantai; pinyin: chōng, membilas; chòng, kuat)
- 椿 tsubaki (Kamelia; pinyin: chūn, Ailanthus)
Jūbakoyomi dan yutōyomi
Gabungan dua karakter sering tidak mengikuti cara membaca on’yomi dan kun’yomi melainkan campuran keduanya yang disebut jūbakoyomi (重箱読み). Karakter pertama dibaca menurut on’yomi dan karakter kedua menurut kun’yomi, misalnya
- 重箱 (jūbako)
- 音読み (on’yomi)
- 台所 (daidokoro)
- 役場 (yakuba)
- 試合 (shiai)
- 団子 (dango).
Sebaliknya dalam yutōyomi (湯桶読み), karakter pertama dibaca menurut kun’yomi dan karakter kedua menurut on’yomi, misalnya:
- 湯桶 (yutō)
- 合図 (aizu)
- 雨具 (amagu)
- 手帳 (techō)
- 鶏肉 (toriniku).
Karakter buatan Jepang
Kokuji (国字 aksara nasional) atau wasei kanji (和製漢字kanji buatan Jepang) adalah karakter kanji yang asli dibuat di Jepang dan tidak berasal dari Tiongkok. Kokuji sering hanya memiliki cara pembacaan kun’yomi dan tidak memiliki on’yomi, misalnya:
- 峠 (tōge): lintasan pegunungan
- 榊 (sakaki): pohon sakaki (Cleyera japonica)
- 畑 (hatake, hata): ladang, perkebunan
- 辻 (tsuji): sudut jalan, perempatan jalan
- 腺 (sen): kelenjar
- 働 (hatara(ku); on’yomi: dō) : bekerja.
Beberapa
kokuji dipungut oleh bahasa Tionghoa, misalnya:
腺 (xiàn).
Daftar kanji
Pemerintah Jepang mengeluarkan daftar aksara kanji yang disebut Tōyō kanji (当用漢字表, karakter masa kini) pada 16 November 1946 yang seluruhnya berjumlah 1.850 karakter. Daftar ini memuat aksara kanji yang telah disederhanakan atau shinjitai (新字体, karakter bentuk baru). Sebaliknya, aksara kanji yang belum disederhanakan disebut kyūjitai (旧字体).
Daftar Tōyō kanji digantikan dengan daftar Jōyō kanji (常用漢字)
berisi 1.945 karakter yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan Jepang
pada 10 Oktober 1981. Hingga sebelum akhir Perang Dunia II, Kementerian
Pendidikan sudah 4 kali mengeluarkan daftar Jōyō kanji (1923, 1931,
1942, dan 1945).
Kementerian Pendidikan juga memiliki daftar kyōiku kanji (教育漢字, kanji pendidikan)
yang diambil dari daftar Jōyō kanji. Daftar ini berisi 1.006 karakter
untuk dipelajari anak sekolah dasar di Jepang. Selain itu, pemerintah
Jepang mengeluarkan daftar jinmeiyō kanji (人名用漢字, kanji nama orang)
yang dipakai untuk menulis nama orang. Hingga 27 September 2004,
daftar jinmeiyō kanji berisi 2.928 karakter (daftar Jōyō kanji ditambah
983 kanji nama orang).
sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Kanji